Review Janji Joni (2005), kisah apes si pengantar roll film



Halo guys, ketemu lagi di postingan gue. Kali ini gue mau ngereview sebuah film yang menjadi favorit di era 2000an awal yaitu karya sutradara Joko Anwar tentang Joni si pengantar roll film bioskop film rilisan tahun 2005 yang berjudul Janji Joni.

"Pekerjaan yang paling baik adalah pekerjaan dimana lo bisa nikmati pekerjaan itu". - Joni


Joni adalah pengantar roll film yang punya track record bagus. Doi tidak pernah telat ketika mengantar film. Suatu hari, Joni bertemu dengan wanita yang berjanji akan memberitahu namanya ketika Joni berhasil mengantar roll filmnya tepat waktu. Sialnya, Joni justru mengalami kejadian - kejadian aneh bin ajaib selama perjalanannya mengantar rol film.

Apakah Joni berhasil mengantar rol film dengan tepat waktu ?

Sebelum hampir seluruh bioskop pada saat ini menggunakan sistem digital, ada masanya bioskop menggunakan roll film. Banyak ciri - ciri dalam film berformat roll yang sering dilihat ketika menonton di bioskop. Mulai dari gambar yang agak blur ketika rol sudah sering diputar sampai tanda seperti titik besar di ujung atas layar bioskop. Kalau sudah seperti ini, ada satu orang yang mempunyai peran penting setelahnya.

Orang tersebut adalah pengantar roll film. Kehadirannya sangat penting dalam masa - masa ini. Jika ia gagal mengantar roll filmnya dengan tepat waktu, maka film akan terhenti di tengah jalan dan pastinya membuat penonton kesal. Kira - kira seperti itulah tema film ini. Tentang seorang pengantar roll film yang harus berjuang mengantar rol film dengan tepat waktu. 

Dibuat oleh Joko Anwar, idenya didapat saat ia mahasiswa ITB dulu. Waktu sedang menonton di sebuah bioskop, tiba -tiba filmnya berhenti di tengah jalan. Karena penasaran, Joko Anwar pun mendatangi tempat proyeksionis untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata sang pengantar rol film mengalami kecelakaan dalam perjalanannya. 

Melihat hal ini, Bang Joko Anwar pun menuliskannya dalam bentuk cerita. Hingga akhirnya pada tahun 2003 ia pun bertemu dengan Nia Dinata, sang produser dan membuat proyek film ini. Melihat keadaan sekarang, peran pengantar rol film sudah menghilang seiring dengan bergantinya sistem seluloid / roll dengan sistem digital yang lebih berkualitas. 

Meskipun ini film lama, namun tetep aja film ini sangat mengasyikan untuk ditonton sekaligus membuat penonton nostalgia dengan bioskop dan seluk-beluknya pada era tersebut.




Buat gue, Janji Joni adalah salah satu film komedi Indonesia terbaik yang ada pada era 2000an ke atas. Sejak kejayaan Warkop DKI berakhir, rasanya tidak ada lagi film komedi Indonesia yang bagus. Dan Janji Joni berhasil menghilangkan rasa haus akan film komedi Indonesia yang bagus saat itu. 

Film ini punya senjata pamungkas yang dapat membuat penonton, terutama para remaja untuk menonton film ini. Ya, siapa lagi kalau bukan Nicholas Saputra. Tapi bukan berarti Nicholas Saputra hanya pamer kegangtengan di film ini. Ia berhasil memerankan karakter Joni yang to be honest, 'ngenes'. Joni yang masih percaya dengan kebaikan, tak segan untuk melakukannya. 

Namun sayangnya yang dia dapatkan justru sebaliknya. Menurut gue, hal ini sangat merefleksikan kehidupan di dunia saat ini. Dimana kebaikan yang dilakukan justru tidak berguna dan yang didapatkan hanyalah keburukan.

Sebuah tema yang menarik dari Joko Anwar sang sutradara. Bagi yang belum tahu, Joko Anwar adalah salah satu sutradara ternama Indonesia. Hingga saat ini, ia telah menulis puluhan film dan mendirect empat film yang ditulisnya, yakni Janji Joni, Kala, Pintu Terlarang, dan yang terbaru adalah Gundala adaptasi jagoan Indonesia ciptaan almarhum pak Hasmi yang jadi pembuka Jagat Sinema Bumilangit.

Nevertheless, Joko Anwar adalah salah satu sutradara film Indonesia yang punya deretan - deretan film bagus hingga saat ini.Di film ini, Joko Anwar memasukkan unsur -unsur realita dalam kehidupan. Karakter Joni adalah refleksi dari kehidupan saat ini, dimana kebaikan acap kali dibalas dengan keburukan. Sebenarnya, cerita film ini sangatlah sederhana.

Namun dibalik keabsurdan dan kesederhanaannya, film ini punya beberapa pesan moral yang dapat dipetik. Dari segi musik, film ini juga punya jajaran ost menarik yang dimainkan oleh beberapa band indie terkenal, mulai dari White Shoes and The Couples Company sampai The Adams.

Tak lupa, cameo dari artis - artis terkenal, mulai dari Tora Sudiro sampai Barry Prima. Semua elemen tersebut bercampur dan membuat film ini menjadi sebuah film komedi yang tidak hanya menyenangkan, tapi juga cerdas.

Bagi yang bilang film komedi Indonesia tidak ada yang bagus di era 2000an, coba deh nonton film ini. Mungkin pendapat kalian bakal berubah.


Adios

Chairandy Fajri

Komentar

Postingan Populer