Jangan melihat dari satu sisi aja dari film komedi romantis



Hai guys, kali ini gue mau bahas soal film genre komedi romantis. Well, emang film bisa bikin kita kebawa suasana dan bikin kita tersadar akan kehidupan kita saat ini. Bahkan bisa bikin kita terinspirasi untuk melakukan suatu hal di hidup kita berkat nonton film, baik itu hal positif bahkan gak banyak juga orang-orang berperilaku menyimpang karena terinspirasi dari film.

Itu semua kembali ke pribadi masing-masing aja menyikapi nya.


Gue mau bahas film 500 Days of Summer. Udah 10 tahun sejak film ini rilis masih ada aja yang debat tentang siapa yang salah ?? Tom atau Summer ??

Mungkin buat yang baru nonton film ini, mereka nyalahin Summer, tapi aktor nya sendiri si Joseph Gordon Levitt menyuruh kita nonton lagi dan lagi biar kita tahu tentang siapa yang salah ?

Buat nge-refresh ingatan kalian , di film ini aktris Zooey Deschanel memerankan Summer, sementara Joseph Gordon Levitt memerankan Tom. Mereka pertama kali bertemu sebagai sesama copywriter di sebuah perusahaan kartu ucapan. Keduanya lantas menyadari sama-sama suka hal-hal unik, dan kemudian jatuh cinta. Mereka sempat main-main di IKEA.

Seperti lazimnya orang pacaran, mereka berdua rajin berkelahi, balikan, lalu suatu hari Summer bilang hubungan mereka tak bisa diselamatkan. Summer memilih putus begitu saja dengan Tom. Itu terjadi pada hari ke-290, jadi masih ada 210 hari sisanya (sesuai dengan judul filmnya), tapi itulah hari yang paling diingat penonton dibanding detail cerita lain.

Intinya, Summer mutusin Tom sepihak, titik.

Ada penonton ataupun penggemar film yang yakin kalau kandasnya hubungan mereka murni kesalahan Summer. Gue pun pas pertama kali nonton sepaham dengan mereka, tapi gue mencoba untuk menonton kembali film rilisan 2009 garapan sutradara Marc Webb ini.

Dia putus dengan laki-laki baik hati tanpa alasan kuat, dan putusnya pas Tom lagi sayang-sayangnya. Di sisi lain, ada kubu penonton menyadari bahwa Tom bukan laki-laki sempurna, dan Summer berhak untuk mengakhiri hubungan mereka kalau dia merasa sudah mentok.

Orang-orang yang menyalahkan Summer cenderung lebih bersimpati kepada laki-laki ketimbang perempuan baik dalam budaya pop maupun kehidupan sehari-hari, bahkan ketika keduanya sama-sama salah. Padahal, dalam pakem film bergenre komedi romantis, karakter si laki-laki sering melakukan kesalahan lebih besar ketimbang si perempuan.





Hal ini juga terjadi dalam film The Devil Wears Prada, tokoh Nate digambarkan sebagai laki-laki yang sakit hati karena diabaikan pacarnya, Andy (Anne Hathaway). Padahal, faktanya Andy membuat sejumlah pengorbanan pribadi untuk mengejar karirnya. Dia layak mendapat karir yang lebih baik karena sudah bekerja keras.

"Yakaleee , secara gue masih muda dan punya jenjang karir dan masa depan cemerlang, dia tau apa sih ?? masa iya daki onta mau gue perjuangin ?? gue bukan pahlawan nasional yang berjuang menjaga keutuhan negara". Ujar rekan sejawat yang membagikan pandangan nya  yang realistis ke gue pas ngebahas konten ini.




Kemudian, ada juga perdebatan seputar film komedi romantis Love Actually. Ingat aktor Andrew Lincoln yang terkenal di series The Walking Dead yang terobsesi dengan karakter Keira Knightley, yang merupakan istri sahabat karibnya.

Selama pesta pernikahan, dia merekam video close-up Keira Knightley. Setelah itu dia mengunjungi rumah mereka, menyatakan cintanya kepada Keira Knightley pakai karton-karton, saat suaminya yang sahabatnya sendiri juga ada di rumah. Kalau di dunia nyata, mana ada cewek mau sama cowok freak macam itu.




Tentu aja kalian gak bisa melewatkan La La Land. Film dimana Ryan Gosling memerankan lelaki songong yang merasa paling ngerti jazz, yang doyan mansplain pentingnya jazz kepada karakter Emma Stone. Terus penonton diharapkan untuk bersimpati sama dia gitu??

Selalu ada dua versi cerita pada setiap perpisahan. Yang pastinya dialog-dialog manis dan musik sentimental yang membuat suasana hati anda mengharu biru, mungkin membuat kalian mendukung si karakter laki-laki baik hati dan ya, biasanya penonton cowok cenderung memihak tokoh laki-laki. Tapi, coba perhatikan lebih jeli di balik senyuman, rambut, dan gombalannya.

Penonton cenderung memaafkan kesilapan atau malah mendukung habis-habisan karakter cowok di genre komedi romantis. Padahal, setelah ditonton lagi, kalian akan tersadar bahwa semua laki-laki baik hati di genre film macam ini sangat mirip dengan orang kebanyakan. Mereka tidak sempurna atau memang brengsek.

Ya, sekiranya itu sih yang pengen gue sampein. Intinya baik dalam menonton film bergenre sejenis ataupun di kehidupan nyata jangan pernah ngeliat suatu masalah dari satu sisi aja. Mungkin emang film bergenre komedi romantis belakangan ini memang begitu pakem nya. Everthing happen for a reasons, tiap orang bebas menentukan pilihan nya masing-masing.

Mau break up kek? Mau balikan dan start over kek?  Mau alone at the moment kek? Itu pilihan kalian asal jangan terjebak dalam toxic relationship aja.

Kalo kata orang sih ada baiknya kalian mencintai diri kalian sendiri dulu sebelum membagi cinta kalian ke orang lain.


Adios

Chairandy Fajri

Komentar

Postingan Populer